Mei 29, 2009

Love is…


Timeless


The most beautiful thing


Every person, countries, even continentals

They are talking about love


Love

What a wonderful thing it is!

No love, no happiness

No love, no life


It’s so powerful

But it’s dangerous

It can caused you, lost in your life

If you loose control


Love

When it filled your heart

It means that you have to learn more


To manage your time

Save your mood

Become professional

Not to hurt every people whom you love

To let them get their own happiness

And make your life colorful and wonderful


Love

A thing that will change your life

But what your life going to be

Is depend on you


Never neglect it

Because it’s so deep

Soft

Painful

But always make you happy in the end


It’s just

The greatest present from God

Biar

Biarkan saja


Biar begini, apa adanya


Biar mengalir, bersama air


Biar berputar, searah waktu


Biar diam, tapi bicara


Biar tenggelam, hingga dasar


Biar rindu


Biar cinta


Biar hati yang memilih, menentukan


Biar akal menjadi evaluator


Biar hati menggerakkan, mencipta akhir yang indah

Pijakan yang Labil


Perjalanan menuju kedewasaan masing-masing individu sangat berbeda. Namun, intinya tak jauh dari mapel Biologi pada bab pertumbuhan dan perkembangan. Perjalanan ini adalah perkembangan. Tak terbatas, bersifat kualitatif, dan tak ada ukuran yang pasti.


Sejauh ini, aku sendiri masih ragu apakah aku sudah dewasa atau belum. Setauku, aku saat ini sedang berusaha menguatkan diriku sendiri. Tetap berusaha mencapai tujuan tanpa meninggalkan kewajiban. Aku ingin menjadi lebih baik. Aku tak ingin mengecewakan orang-orang yang telah memberiku kepercayaan. Aku ingin membahagiakan orang tuaku.


Aku sedang dalam penjara diriku sendiri. Tapi aku harus bebas. Aku harus terus berjuang. Aku sering berharap akan mendapat bimbingan. Tapi sekarang aku harus bisa membimbing diriku dendiri. Aku sering mengharap akan sebuah perlindungan. Tapi sekarang aku harus bisa melindungi diriku sendiri.


Aku harus tetap berdiri di pijakan yang labil dulu. Aku akan menguatkannya, karena aku tau siapa aku. Dan aku percaya itu aku. Pijakan yang labil itu, Teman, sekarang menguat! ^_^


Alhamdulillah . . . Ini semua nikmat dariNya. Dan, tahukah kamu, Teman? Hanya kalian yang menguatkanku, hingga aku menguatkan pijakan itu. Kalian memang tak menuliskan dan menerangkan rumus-rumus itu padaku. Tapi kini aku telah membaca kesimpulan yang kalian siratkan.


Ya, kalian keluargaku. Kekeluargaan adalah hubungan paling indah yang pernah aku kenal. Di pijakan yang labil dan kini menguat ini, aku ingin mengantarkan ucapan terimakasih yang telah sangat ingin bertemu kalian. Semoga kita akan tetap menjadi keluarga sampai kita mempunyai keluarga masing-masing. Amin.


Teman. . . Di sini, ketika orang bilang bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, aku bilang, “Manusia akan menjadi sebuah individu ketika ia mulai menjadi makhluk sosial.” Sama saja memang, tapi bagus punyaku kan? ^_^v


Masih Baik


Suatu hari, sepulang sekolah, aku putuskan untuk mengatur moodku yang seringkali jelek. Sebenarnya ini adalah wujud rasa syukurku kepadaNya karena telah memberiku teman-teman yang selalu membuatku tertawa, tak hanya tersenyum. Hari itu aku bertekat untuk berbagi kebahagiaan untuk orang lain.

Sebelum berangkat les, di depan pintu, aku busungkan dada, membaik-baikkan moodku. Kubahagiakan hatiku, kutarik ujung-ujung bibir, lalu kutajamkan penglihatan, biar wajahku terlihat cerah, dan pencuri tak bisa mengelabuhiku..hehe… Tujuanku cuma ingin membuat orang yang nanti melihatku, ikut tersenyum dan bahagia. ^_^

Rencana berjalan lancar! Mulai dari tetangga yang secara gak sengaja papasan, kernet bis, penumpang bis, staf tata usaha di tempat lesku, semuanya tak tertinggal satupun membalas senyumku. Jadi ikutan happy nieh…. ^_^ Pas pulang les, aku naik bus. Karena penuh, aku berdiri sampai Pasar Ungaran. “Ah, tak apa. Penumpang lain pasti lebih membutuhkan tempat duduk itu dari pada aku yang cuma turun di Bergas”, kata hatiku. Padahal, tau sendiri kan gimana kondisi Bus Bandungan di sore hari. Aku sendiri merasa aneh, ingetnya. Kok bisa ya? Padahal aku kan juga capek!

Bus terus melaju meninggalkan pasar, melewati toko baju, lalu kebahagiaan mendatangiku. Lho?

Iya! Bapak setengah baya yang duduk di jok sebelaku persis, turun di Supermarket Luwes!. Menurut adat istiadat Bus Bandungan, itu berarti kalau waktuku berdiri mengantri duduk, sudah berakhir. Ditambah, aku seorang gadis. Ladies first! Gitulah kira-kira peraturannya.

Aku tak ambil tempo, langsung melangkahkan satu kaki ke depan jok sebelum gadis lain mendahului. Menurut peraturan, itu bagianku. Jadi, kata-kata mendahului rasanya tak menggambarkan kalau aku merebutnya. Sebelum aku duduk, tumben kali ini aku teliti. Aku sempat tengok, melihat ke jok, siapa tahu ada paku atau bekas orang mabuk. Ya, intinya jaga diri. Tapi, tebak apa yang aku temuin! HP! Untung Bapak yang tadi belum turun.


A : “Pak, HPnya ketinggalan ni!”

B : (ngraba saku belakang celana)

“Oh, iya! Trimakasih, Mbak”

A : “Sama-sama, Pak”


Karena busnya sambil cari penumpang lain, jalan dari pasar sampai ke supermarket jadi agak lama. Tapi waktu itu aku sama Bapaknya udah lukir tempat. Melihat ada kesempatan, si Bapak nengok ke aku lagi.


B : “Trimakasih banyak ya, Mbak”

A : “oh, iya. Sama-sama, Pak” (bahagia)


Bus terus berjalan dan aku ngelamunin kejadian barusan sambil lihat-lihat pemandangan karena aku duduk dekat jendela. Aku terbayang-bayang, apa bener HP tadi milik Bapaknya? Jangan-jangan milik penumpang yang duduk di situ sebelum Bapaknya? Jangan-jangan bukan milik Bapaknya, tapi karena aku kasih….masak dia mau nolak?! Apa jangan-jangan HP itu hasil curian Bapaknya? Lho? Jadi bingung sendiri.

Hmm…. (mikir) “Aku niat ngembaliin!”, tiba-tiba hatiku berseru. “Masalah selanjutnya, urusan Bapaknya dong!”, anggap hatiku. Aku masih kepikiran tapi aku coba lupakan sambil lihat-lihat pemandangan lagi.

Hmm….. (mikir bag. 2) “Ya Allah! Alhamdulillah……. Ternyata aku ini masih baik, ya? Alhamdulillah”, seruku dalam hati. Aku tersadar. Semua hal yang aku pusingkan tadi gak seberapa jelek (walau cuma buat aku sendiri) dibanding kalau tadi aku gak ngembaliin tu HP, lalu aku jual buat kepentinganku sendiri. Astaghfirullah, na’udzubillah….. Alhamdulillah….. Aku masih baik! ^_^