Masih Baik
Suatu hari, sepulang sekolah, aku putuskan untuk mengatur moodku yang seringkali jelek. Sebenarnya ini adalah wujud rasa syukurku kepadaNya karena telah memberiku teman-teman yang selalu membuatku tertawa, tak hanya tersenyum. Hari itu aku bertekat untuk berbagi kebahagiaan untuk orang lain.
Sebelum berangkat les, di depan pintu, aku busungkan dada, membaik-baikkan moodku. Kubahagiakan hatiku, kutarik ujung-ujung bibir, lalu kutajamkan penglihatan, biar wajahku terlihat cerah, dan pencuri tak bisa mengelabuhiku..hehe… Tujuanku cuma ingin membuat orang yang nanti melihatku, ikut tersenyum dan bahagia. ^_^
Rencana berjalan lancar! Mulai dari tetangga yang secara gak sengaja papasan, kernet bis, penumpang bis, staf tata usaha di tempat lesku, semuanya tak tertinggal satupun membalas senyumku. Jadi ikutan happy nieh…. ^_^ Pas pulang les, aku naik bus. Karena penuh, aku berdiri sampai Pasar Ungaran. “Ah, tak apa. Penumpang lain pasti lebih membutuhkan tempat duduk itu dari pada aku yang cuma turun di Bergas”, kata hatiku. Padahal, tau sendiri kan gimana kondisi Bus Bandungan di sore hari. Aku sendiri merasa aneh, ingetnya. Kok bisa ya? Padahal aku kan juga capek!
Bus terus melaju meninggalkan pasar, melewati toko baju, lalu kebahagiaan mendatangiku. Lho?
Iya! Bapak setengah baya yang duduk di jok sebelaku persis, turun di Supermarket Luwes!. Menurut adat istiadat Bus Bandungan, itu berarti kalau waktuku berdiri mengantri duduk, sudah berakhir. Ditambah, aku seorang gadis. Ladies first! Gitulah kira-kira peraturannya.
Aku tak ambil tempo, langsung melangkahkan satu kaki ke depan jok sebelum gadis lain mendahului. Menurut peraturan, itu bagianku. Jadi, kata-kata mendahului rasanya tak menggambarkan kalau aku merebutnya. Sebelum aku duduk, tumben kali ini aku teliti. Aku sempat tengok, melihat ke jok, siapa tahu ada paku atau bekas orang mabuk. Ya, intinya jaga diri. Tapi, tebak apa yang aku temuin! HP! Untung Bapak yang tadi belum turun.
A : “Pak, HPnya ketinggalan ni!”
B : (ngraba saku belakang celana)
“Oh, iya! Trimakasih, Mbak”
A : “Sama-sama, Pak”
Karena busnya sambil cari penumpang lain, jalan dari pasar sampai ke supermarket jadi agak lama. Tapi waktu itu aku sama Bapaknya udah lukir tempat. Melihat ada kesempatan, si Bapak nengok ke aku lagi.
B : “Trimakasih banyak ya, Mbak”
A : “oh, iya. Sama-sama, Pak” (bahagia)
Bus terus berjalan dan aku ngelamunin kejadian barusan sambil lihat-lihat pemandangan karena aku duduk dekat jendela. Aku terbayang-bayang, apa bener HP tadi milik Bapaknya? Jangan-jangan milik penumpang yang duduk di situ sebelum Bapaknya? Jangan-jangan bukan milik Bapaknya, tapi karena aku kasih….masak dia mau nolak?! Apa jangan-jangan HP itu hasil curian Bapaknya? Lho? Jadi bingung sendiri.
Hmm…. (mikir) “Aku niat ngembaliin!”, tiba-tiba hatiku berseru. “Masalah selanjutnya, urusan Bapaknya dong!”, anggap hatiku. Aku masih kepikiran tapi aku coba lupakan sambil lihat-lihat pemandangan lagi.
Hmm….. (mikir bag. 2) “Ya Allah! Alhamdulillah……. Ternyata aku ini masih baik, ya? Alhamdulillah”, seruku dalam hati. Aku tersadar. Semua hal yang aku pusingkan tadi gak seberapa jelek (walau cuma buat aku sendiri) dibanding kalau tadi aku gak ngembaliin tu HP, lalu aku jual buat kepentinganku sendiri. Astaghfirullah, na’udzubillah….. Alhamdulillah….. Aku masih baik! ^_^