Juni 28, 2008

Sahabat, Selalu Ada.

Bagiku sahabat adalah berkah.
Berkah yang mewarnai hidupku karena wataknya.
Berkah yang mengubah hidupku menjadi lebih bergairah dengan sejuta teriakannya, penuh semangat.

Sahabat memang bukan saudara, tapi lebih dari sekedar saudara. Karena dia selalu berusaha mengerti & memberi apa yang kubutuhkan. Karena tersirat dalam setiap perkataanya, menginginkan yang terbaik untukku. Dan semua itu ia lakukan tanpa ingin aku tahu bagaimana keadaannya.

Ikatan hati sahabat melebihi saudara ketika mereka sadar bahwa sahabat, bukan saudara. Sahabat adalah seseorang yang selalu berusaha untuk dapat menerima kita apa adanya. Bahkan sahabat, mampu berkorban demi membantu kita menjadi lebih baik & lebih sempurna.

Sahabat...
Adalah kebahagiaan.
Kebahagiaan dalam setiap langkah untuk berbagi dan juga memahami.
Kebahagiaan yang tak 'kan sanggup kugambarkan dengan apa pun ketika melihatnya bahagia, berhasil menggapai impian.

Sahabatlah seseorang yang membuka mataku, menyadarkan pikiranku, dan meluruskan kembali hatiku.
Sahabat, melengkapi kekuranganku, menopang pincangku, dan selalu mengisi kekosonganku.

Dan sahabat,
kusadari sepenuhnya kau bukan duniaku. Aku tak tahu, tak sadar mengapa aku sering memasukinya. Dan dengan kadar ketidaktahuan yang sama, entah mengapa setelah itu aku selalu terhempas jatuh, ke dasar jurang kebingungan. Seakan-akan aku kehilangan diriku dan tersesat dalam kusutnya pikiranku.
Semua itu seperti menjadi batas ketika aku bersamamu.

Sebenarnya sakit terasa, ketika harus kuketahui bahwa ternyata mau atau tak mau, sadar atau tak sadar terdapat batas di antara kita.

Namun,
sekarang kumengerti. Batas itu bukanlah untuk dirasakan rasa sakitnya. Batas itu, berubah menjadi ketabahan, keteguhan & keyakinan hatiku. Sudah pasti pula jika batas itu juga menjelma menjadi sebagian dari kebahagiaanku. Batas itu, menjadi rindu. Rinduku akan setiap waktuku bersamamu. Riduku dengan kekuatan dan kobaran api semangatmu.

Akhirnya rindu itu pun membuatku yakin, dan lebih yakin lagi bahkan semakin mantap untuk menapakkan kakiku di jalan yang kupilih. Rindu itu mengingatkanku bahwa aku adalah manusia seutuhnya, dengan beribu kelebihan dan berjuta kekurangan. Rindu itu menguatkanku untuk melangkah menerjang badai, memecah ombak. Karena aku tahu kau selalu ada, di sana mendukungku.

Juni 27, 2008

SAHABAT… SAHABAT… DAN SAHABAT…

Sahabat itu adalah suatu keberuntungan. Keberuntungan karena kamu memilikinya bukan kerena keinginanmu. Tetapi kerena kalian memang ditakdirkan bersatu untuk saling mengisi, saling melengkapi, dan saling memperbaiki satu sama lain.

Sahabat itu adalah suatu kebebasan. Kebebasan karena kalian bersama tetapi tak selalu bersama. Kamu punya dunia kamu sendiri ketika kamu harus berjalan tanpa sahabat. Kamu bisa merajai dunia kamu sesuka hati kamu.

Sahabat itu adalah suatu kebersamaan. Kebersamaan atas dasar rasa saling memiliki. Kebersamaan meski tidak sedang bertatap muka. Tapi ingatlah pancaran sinar matanya ketika dia menyertaimu dalam kebahagiaanmu. Ingat pancaran sinar matanya ketika dia menghapus air matamu saat kamu merasakan duka.

Sahabat itu adalah sebuah do’a. Satu harapannya adalah harapan agar kau mendapatkan yang terbaik untukmu. Harapannya ada dalam setiap senyum, canda, dan tawa ketika dia bersamamu.

Sahabat itu adalah seperti rumah. Yang akan setia melindingimu dan tak pernah akan membiarkan sesuatu melukaimu. Dia akan memberi satu kata yang bisa menepis ragumu. Dia yang akan memberimu tempat untuk kamu mendapatkan ketenangan, kenyamanan, dan kedamaian.

Sahabat itu seperti induk burung pipit. Dia akan memberikan sesuatu yang kamu inginkan. Meskipun sebenarnya ia sangat membutuhkannya, jauh lebih membutuhkannya daripada kamu.

Sahabat itu seperti air. Yang akan terus mengalir untuk menghidupkan semua yang ada di sekitarnya. Seperti air yang akan melepaskanmu dari kehausan. Dia akan mencoba memberimu sedikit kesejukan ketika kamu merasa rapuh.

Sahabat sejati adalah sosok yang selalu mencoba untuk tetap tersenyum didepanmu ketika kamu merasakan kebahagiaanmu. Sahabat sejati tak akan pernah bisa meneteskan air matanya di depanmu karena dia tak ingin merusak kebahagiaanmu. Meski sebenarnya sahabat itu adalah tempat untuk berbagi dalam suka maupun duka.

Sahabat kadang menjadi sangat labil. Dia akan merasa tak berdaya ketika kamu tak ada di dekatnya. Karena kamulah yang akan membuatnya memperoleh semangat baru.

Sahabat kadang selalu mengalah untukmu. Dia akan membiarkanmu bahkan memberimu dorongan untuk mendapatkan seseorang yang kamu cintai. Meskipun sebenarnya dia merasa sakit karena perhatianmu untuknya akan lebih banyak terbagi untuk seseorang yang kamu cintai dibandingkan untuk sahabatmu sendiri.


“ Sadari mulai sekarang… Siapakah sahabat terbaik untukmu???”

Juni 24, 2008

ADAKAH SAHABAT???

Sahabat…

Bagiku hanyalah satu kata sederhana. Satu kata yang tertulis singkat, tapi terangkai dengan sangat manis. Memiliki berjuta arti jika kita mengerti. Dan satu kata sederhana yang tercipta dari hati yang tulus.

Sahabat…

Kata itu yang kutulis dan kujadikan sebuah kenangan indah. Tapi tanpa aku mengetahua apa yang kumaksud dengan kenangan-kenangan itu. Semuanya berjalan begitu saja. Semuanya berlalu tanpa kusadari apa yang kudapatkan dari satu kata itu, “SAHABAT”

Mungkin pemikiranku tentang “SAHABAT” memang terlalu sempit. Kupikir hanya apabila kita selalu bersama maka itulah “SAHABAT”. Tapi sebenarnya tak cukup sebatas itu saja. Ada kalanya kita harus berjalan sendiri. Ada kalanya kita harus melangkah tanpa kehadiran seorang yang kita sebut sebagai “SAHABAT”. Asalkan kita bisa memposisikan diri dan mau mengerti, kapan saatnya kita sebagai sahabat harus ada dan kapan saatnya kita sebagai sahabat lebih baik menarik diri tanpa meninggalkan arti sebenarnya sebuah persahabatan itu sendiri.

Satu pelajaran yang kudapatkan dari sebuah persahabatan.

Ketika aku merasa sendirian, ketika aku merasa tak berarti lagi di dunia ini, dan ketika aku merasa tak ada seorangpun yang akan hadir menemaniku, timbul satu pertanyaan,

“Apakah sahabat itu benar-benar ada? Dimana dia sekarang?”

Satu pertanyaan yang ternyata adalah pertanyaan yang bodoh. Saat itu aku sadar, bahwa sahabat itu memang tak selamanya harus ada untuk kita. Aku sadar bahwa aku harus berusaha untuk bangkit sendiri. Berusaha untuk mengerti sisi lain duniaku sendiri. Dan mencoba untuk memahami sesuatu, “aku punya duniaku, dia punya dunianya. Ada saatnya kita bersama, dan ada saatnya kita memperoleh kesempatan untuk merajai dunia kita sendiri.”

Asal bisa membuat suatu pemikiran, bahwa sahabat itu bukan sekedar kebersamaan, bukan sekedar kenangan yang tercipta bersama, tetapi juga do’a yang menemani kita untuk melangkah.

“SAHABAT”

Sebisa mungkin aku ada untukmu.

Sebisa mungkin akan kuruntuhkan egoku

Tetap melangkah bersamamu meski tanpa kehadiranku.